Kemarin saya mendapatkan rekomendasi 5 tools untuk mencari duplikat konten dari Wong Pasuruan. Bukan rekomendasi langsung tapi saya baca dan praktik. Hihihi.



Saya masih penasaran dan mencoba menjawab pertanyaan teman-teman tentang bagaimana menemukan artikel yang dicopas dan bagaimana mengetahui adanya duplikasi konten.

Duplikat konten bisa menjatuhkan sebuah blog, bahkan bisa mendapat sangsi dihapus blognya. Cilakanya, bisa jadi blog penulis yang dijatuhi hukuman karena sang copaser lebih lihai berkelit.


Misalnya dengan memundurkan postingan. 

Katanya sih begitu....

Kalau menghapus blog terlalu kejam, ada hukuman kejam lainnya yaitu semua kata kunci yang ditargetkan penulis blog asli diturunkan dari peringkat SERP-nya. Jadi, kita takkan bisa bersaing di Google Search.

Hal ini sangat penting dan bisa berimbas buruk pada blog. Algoritma Hummingbird yang dikeluarkan oleh Google sekitar tahun 2014 memberangus blog-blog plagiat. Ada bagusnya juga, lebih menyukai fresh konten dan konten informatif lebih menyukai fresh konten dan konten informatif.

Tapi... ilmu para copaser ini juga berkembang. Mereka bisa mencari celah agar tidak ketahuan. Buktinya meski jelas-jelas artikel ada, Google tidak mengenalinya karena tidak terindeks. Kesel, kan???

Dan meski tidak dikenali dan tidak ditindak oleh Google, blog saya sangat terpengaruh oleh hal ini. Ah, saya sangat ingin mengumpat.

Makanya perlu dicari dan diantisipasi.... Lakukan 6 ini agar blog tidak dicopas dan cara setting feed agar artikel tidak dicuri oleh blog AGC.

Ceritanya, saya coba 2 tools yang disarankan di artikel 5 tools untuk tes blog copas artikel.

Saya ambil 2 saja, yaitu:
1. Duplichecker

Menurut Wong asuruan, Duplichecker punya performa baik dan mudah digunakan. Bisa mengenali file url dan txt. Prinsipnya, tools yang satu ini mencari kesamaan artikel yang terindeks di Google. Juga skor plagiasi yang terjadi. Ternyata hasilnya tidak memuaskan.

Yang disebut plagiasi itu adalah komentar yang menyebut artikel blog. Padahal saya tahu ada 2 blog yang mengcopas utuh tulisan dan gambar, sama persis, tapi keduanya sengaja dibuat tidak terindex di Google.





2. Plagiarisma 
Plagiarisma diklaim lebih unggul karena ada 3 opsi pencarian duplikat konten. Caranya dengan mengcopas semua artikel, copas url, atau upload file dalam format txt atau rtf. Ada 190 bahasa dengan hasil akurat.

Hasil yang saya dapatkan cukup mengecewakan. Saya menanti selama 15 menit tanpa tanda akan mendapatkan laporan.



Di saran tersebut juga ada Copyscape, tapi saya sudah coba beberapa kali dan hasilnya tidak sama.

Yaah... saya harus lebih bersabar menggunakan cara manual yang saya bagikan sebelumnya, yaitu judul artikel atau frasa unik.


#JurnalHari27
#Tantangan30Hari
#KelasKepompong
#BundaCekatan
#InstitutIbuProfesional